Jumat, 16 Juli 2010

Sedikit Rasa, Raga, dan Rama

Izinkan aku menulis sesuatu tentang kalian. Hari ini hari ke enam belas aku membuka hari. Membuka mata.

Mulanya memang aku hanya menjalankan beban hati untuk ayahku. Agar menjadi manusia Jawa yang baik. Karena dulu ketika masih kecil, cerita-cerita wayang itu hanya lewat kuping kanan keluar kuping kiri. Wejangan-wejangan dan segala tetek bengeknya kupandang sebelah mata. Yang kudapat hanya kepandaian membuat teh nasgitel (itupun aku tak tahu masih bisa atau tidak) dan sedikit tata krama. Aku tak belajar. Aku berhutang banyak pada beliau. Lidahku bahkan masih tak bisa ikuti. Huruf O dan aku belajar huruf EU. Bagaimanapun aku minum air di tanah Pasundan ini. Kulitku terbasuh angin Priangan. Disini kakiku berpijak.

Tapi hatiku milik ayahku.

Begitu ayahku tiada, semua ajarannya kuingat lagi. Bukankah kau tidak akan menghargai apapun sampai kau kehilangan sesuatu itu? Begitulah yang terjadi padaku. Tak akan aku melepasnya, karena warisannya padaku adalah ini. Maka hatiku kemudian memerintah ragaku untuk bergerak. Beberapa waktu aku tak bisa menyesuaikan karena tergoda keinginan kesenangan. Kesenangan tanggal ini, enam belas. Dua tahun aku tergoda. Melupakan keinginanku untuk menerima warisan ayahku.

Setelah berlalu, buru-buru kuwujudkan keinginanku yang satu itu. Hatiku kemudian memerintah ragaku untuk bergerak. Dan memang begitulah ketika kau bergerak dengan hati. Tak hanya beban yang terasa. Bukan sekedar pengisi waktu. Tapi aku benar-benar jatuh cinta ke dasar-dasarnya. Begitu jika cinta bukan hanya dari diri. Seluruh aspek kehidupanku mendukungku. Batik dan dodot salah satu perwujudannya.Aku bisa bernapas dengan membatik, sama seperti dodot dalam penentuan hari jadiku. Keduanya kujadikan kehidupanku. Tapi keduanya tak akan sempurna tanpa kalian. Sungguh. Aku begitu jatuh cinta pada kalian. Aku begitu berterima kasih pada kalian. Waktu yang terlambat juga membantuku mendapatkan semuanya. Tahukah kalian ketika sesuatu hampir hilang darimu, maka kau akan semakin menghargainya?

Mungkin jika tidak saat ini aku mengenal kalian, tidak akan sedalam itu ilmu yang kurasa juga. Kalianlah penyeimbang kehidupanku. Sampai saat ini aku bergerak penuh makna walau tak bersama kalian.
Tahukah kalian kakiku menari diam-diam, disini di tanah yang kupijak. Di kehidupanku di tanah Priangan yang alamnya indah. Di kehidupan yang senyata-nyatanya. Yang aku telan setiap hari disini.

Tapi jiwaku sungguh sudah ada disana. Hanya belum saatnya. Kaki ini masih harus merasakan pijakan-pijakan lain. Tempaan diri sebelum nanti menari penuh makna bersama kalian semua lagi.
Sungguh aku begitu jatuh cinta pada kalian.







Jaya Salaminya untuk kalian..
:))