When you lose
something you can’t replace
25 agustus 2007…
Hari ini sebuah kehilangan menegur saya lagi. Untuk yang kesekian kalinya. Dulu, saya pernah menganggap sebuah kehilangan merupakan satu latihan untuk menghadapi kehilangan yang lebih besar..Tapi kehilangan yang ini menggugurkan anggapan itu. Kehilangan yang terlalu besar tak butuh latihan. Tak ada latihan apapun untuk menutup rasa kehilangan yang terlalu besar. Latihan itu tak perlu
ketika yang hilang adalah sesuatu yang tidak bisa digantikan… sudah dua kali saya merasa seperti ini. Yang pertama sudah berlalu hampir enam tahun. Yang ini baru dua hari…
Rasanya aneh, melihat seseorang yang saya ingat masih berdiri di samping saya, saat ini tidak ada di tempatnya lagi.. Rasanya aneh, seseorang yang tadinya ada di dunia ini sekarang lenyap dan tidak akan saya lihat lagi. Enam tahun saja kadang masih saya merasa aneh. Lalu dua hari yang lalu seakan-akan perasaan aneh itu meluap lagi.
Ada beberapa kehilangan bertema kematian lagi yang saya alami selain enam tahun yang lalu itu, saat itu seseorang yang hilang itu tak selalu berdiri di samping saya, tak selalu saya lihat, tapi toh saya rasakan, lalu saya kantongi perasaan hilang ini dengan label “latihan” itu. Latihan untuk menerima kehilangan lain yang lebih besar.. tapi toh ketika dua hari yang lalu saya terapkan lagi, latihan
itu jadi tak berguna,,Kehilangan yang ini masih terlalu sulit untuk saya labeli “latihan yang lebih besar”. Kemudian saya sadari bahwa ini bukan latihan lagi, tapi ini adalah testnya..Test kedua
setelah saya diberi latihan dalam jeda waktu enam tahun..
He lies close to my father…
Rasanya bertambah aneh ketika yang hilang itu adalah seorang sahabat. Rasanya aneh, seseorang yang seharusnya membalas ketika saya sms, tapi dia tidak akan bisa membalas lagi.. Seseorang yang seharusnya ngobrol ketika ketemu di gelapnyawang beberapa minggu lalu, tapi dia tidak akan kesitu lagi… Rasanya aneh, bahkan untuk menyadari dia tidak ada di dunia ini lagi..Rasanya aneh, bahwa dia pernah ada disini, mendengarkan curhatan saya, berjalan di samping saya, dan saya mendengarkan curhatan dia, berjalan di sampingnya.. Saya masih merasa dia ada..Tapi hal itu menjadi bertambah aneh lagi, karena nanti setiap saya datang ke makam ayah saya, saya akan melewati makam dia..Aneh,
membayangkan tubuhnya ada beberapa meter di bawah kaki saya. Bahwa kita tidak sama lagi. Sesuatu tidak sama lagi…
it won’t be the same again without him…
When you too in love to let it go…
Cuma satu yang saya pikirkan kalau saya mulai kehilangan lagi, bahwa semua orang di dunia ini pada dasarnya memang sendirian. Dan lalu saya ingat juga seorang teman saya yang berbisik kepada saya ketika saya menangis, bahwa tugas kita untuk menjadi temannya di dunia ini sudah selesai.. bahwa kita sudah selesai menunaikan tugas kita…saat itu teman saya yang mengucapkan nasihat itu begitu tegar dan terlihat kuat, namun, ketika kami melihat tanah diturunkan toh tak ada yang ingat kata-kata itu lagi,, kami semua sama-sama menangis. Bertanya-tanya kenapa tugas yang menyenangkan ini harus
selesai begitu saja..
And everything be more precious than before…
Saya dan teman-teman yang lain menangis bersama ketika tanah diturunkan menutupi dia. Mencari-cari celah kecil hanya untuk melihat terakhir kali sebagian dirinya. Dan jauh di otak-otak kami memutar potongan-potongan memori kami bersamanya, suaranya, caranya memanggil nama-nama kami, cerita-ceritanya, mengumpulkan dan berusaha mencari kepingan-kepingan kecil yang terlupakan. Dan semuanya jadi jauh lebih berharga dari sebelumnya…
As we go on, we’ll remember… All the times we had together.. and as our lives change.. come whatever we will still be friends forever..
(untuk PUTU SURYA YOGA, seorang teman, sahabat, saudara yang tercinta dan ngga akan terlupakan. Selamat jalan…)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar