Senin, 04 Oktober 2010

Sebentar Lagi 25 Oktober. Part 2


<Part 2>
Tak terasa sebentar lagi 25 Oktober. Ya, lagi-lagi 25 Oktober. Lihat? Lihat? Aku masih merayakan tanggal. Ya aku masih merayakan dirinya. Kakiku seharusnya sudah sembuh sekarang, tapi kebiasaanku untuk berjalan terpincang-pincang masih sulit dihilangkan. Sedikit-sedikit kalau diperhatikan, pasti terlihat jalanku masih timpang. Bukannya aku tidak berusaha, itu selalu yang kukatakan, tapi kebiasaan jadi alasan. Kujadikan pembenaran.

Kalau ada orang yang sungguhan pincang karena hilang kakinya, pastilah sudah menamparku keras-keras sekarang. Disangkanya aku mau mengejek. "Kamu tidak tahu sakit yang sebenarnya kan? Kamu tidak tahu rasanya kehilangan satu kaki kan? Jadi jangan sok sengsara sendiri deh, kaki sudah sembuh masih kau pincang-pincangkan! Masih banyak yang lebih susah dari dirimu sendiri tahu!!" kata orang itu pasti.

Aku tahu banyak yang lebih susah dari diriku. Itulah kenapa aku ada disini sekarang. Berdiri timpang karena kebiasaanku sendiri, tapi jauh dari orang-orang yang biasa membantu untuk berjalan normal. Aku menyeret tubuhku sendiri kesini agar terpaksa lurus. Toh, sudah tak kulewati lagi jalan tempatnya lagi, yang terus-terusan membuat jalanku timpang setiap lewat situ. Kali ini jauh, dan mau tidak mau timpangku harus tegak agar aku bisa sampai ke tempatku saat ini. Karena inilah yang kita sebut hidup. Ketika kau tidak lagi berjalan timpang karena terbiasa. Ketika setiap Senin pagi kau bangun untuk hidup lagi selama seminggu kedepan. Tidur-tidur malam dimana kau harus terus berjaga untuk dirimu. Tak akan bisa lagi kau sempat berjalan timpang. 

Tapi kau tidak akan layu kan? Sudah tidak lagi matahari sore-sore di Jakarta itu. Kini hanya nuansa yang tersisa. Pembangkit tenaga dan inspirasi. Agar terjaga otak ini. Beristirahat tak pernah cukup di akhir minggu. Bukankah hidup yang ingin kau lihat? Maka inilah yang kita sebut hidup. Tidak lagi sore-sore indah yang sekejap mampir. Meski aku tahu aku tidak akan bisa tidak suka sore. Tapi ada hidup yang harus dijalani. Dan sore saat ini hanya sekedar pelengkap. Kau tidak bisa memeluknya terus. Mungkin nanti, tapi tidak sekarang. Kau harus berjalan baik dulu, baru kujanjikan satu sore bermatahari cerah untukmu. Bukankah itu cukup adil? Karena rasa, air mata, dan sekitarmu tak mungkin lagi kini. Dan langkahmu tak bisa lebih jauh lagi sampai kau benar-benar berdiri tegak. Dan kau belum lagi meminum vitamin E, meski vitamin C-mu kini terjamin.

Suatu hal belum tentu memenuhi segalanya. Itulah dirimu saat ini. Setengah kosong, setengah isi. Perlu berapa banyak waktu dijelajahi sampai kau tahu itu terisi penuh, atau kosong hingga bersih? Kau perlu dibawa pulang, tapi birumu biar pudar dulu. Itulah kenapa disebut pergi jauh, sama seperti mereka memanggil sore begitu cepat. Agar terasa ajaibnya. Biar rindu dinantinya. Jadi, sampai kau pulang lagi. Sampai kita bertemu lagi. Pasti. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar