Kamis, 18 November 2010

Hari Kedelapan Belas. Catatan Perjalanan.

Ruangan itu sempit. Kecil dan pengap. Sekitar dua kali dua meter mungkin. Atau lebih kecil lagi. Entahlah, saya bodoh dalam hal hitung-menghitung. Menjadi-jadi bila disuruh belajar matematika. Pernah ditakut-takuti tak bisa hidup kalau tidak belajar matematika. Buktinya saya masih hidup sampai sekarang. Tanpa mahir matematika sekalipun. Yang pasti ruangan itu sempit. Saya tak bisa memperkirakan luasnya. Wanita itu duduk sendirian disitu. Agen kosong tujuh tiga. Itu alamatnya kini. Sedikit lebih jauh kalau dari arah Pasar Ciparay. Yang kotor, semrawut, dan banyak premannya itu. Berteriak-teriak menawarkan angkutan umum.

Agen kosong tujuh tiga itu seorang wanita. Terlihat sedikit pucat. Tapi sigap. Dia bekerja seorang diri. Duduk di belakang mejanya. Dengan catatan kuncinya. Deretan daftar nama-nama berbagai propinsi dan daerah di seluruh negeri. Di sampingnya berderet-deret angka-angka untuk modalnya berbisnis. Saya menyerahkan kiriman saya. Dia membuka catatannya.

Nominal yang Ia sebutkan cukup jauh. Menyadarkan saya bahwa saya tidak sedang berada di kota saya. Sejauh itukah? Dua puluh kilometer. Sekitar. Tak sampai beratus-ratus. Shalat pun masih bisa dikejar. Tapi dari agen kosong tujuh tiga itu terlihat jauh. Memang jauh. Beda kode. Dasar bodoh. 

Dari ruang kotak sempit itu saya mempercayakan kiriman saya. Semoga sampai di tangan sahabat, itu adalah catatan perjalanan yang saya kirim. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar