Senin, 08 November 2010

Hari Kedelapan. Hadiah Kecil.

Beberapa waktu lalu, yang kira-kira sudah lama sekali, saya pernah menulis ini. Kala itu sedikit luka tidak mempan pada saya. Luka besar menganga pada saya. Persis sundel bolong. Lalu kala itu seorang sahabat memberikan saya sebuah stiker —atau gambar tempel bila anda tak berbahasa serapan—. Stiker tersebut sederhana, tapi menurut saya memberikan stiker itu pada saya saat itu merupakan tindakan yang paling tepat. Dan paling tulus…

Saya terharu membaca tulisan di stiker itu. Dan saya tertawa melihat gambarnya. Saya baru ingat lagi kalau sebuah bintang laut ketika bagian tubuhnya patah dapat tumbuh kembali. Dan itu merupakan hal yang alami. Lalu saya bertanya pada diri saya sendiri, apakah Tuhan memang mengatur semua makhlukNya agar ketika Ia terluka, maka luka itu akan sembuh dengan sendirinya.

Seperti cicak jika ditangkap akan memutuskan ekornya karena Ia tahu ekornya akan tumbuh kembali? Seperti kecoa yang walaupun tanpa kepala masih bisa hidup? Seperti bayi yang belajar jalan, apabila Ia terjatuh maka Ia akan mencoba berdiri lagi? Dan saya juga baru ingat bahwa luka di tubuh manusia pun lama-lama akan menutup, mengering dan kemudian hanya meninggalkan bekas saja dan terkadang bekas itupun hilang dengan sendirinya.
Lalu saya melihat luka saya, yang saat ini hanya tinggal bekasnya. Sedikit lagi. Dan saat saya melihat stiker itu, saya merasa seperti diolesi acyclovir, salep penghilang bekas luka…

Dan sekarang saya mendapat si bagian tubuh yang patah itu. Tumbuh kembali. Persis bintang laut. 



Apakah anda tahu betapa kata-kata dapat menjadi pisau sekaligus sayap bagi anda sendiri?
[thx to nenek kedondong, one little thing lead to a bigger one…]

(Tulisan ini ditulis sekitar tahun 2008. Diubah sedikit-sedikit sebagai penyesuaian)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar