Senin, 22 November 2010

Hari Kedua Puluh Dua. Masa Itu. Bagian Dua.

Pagi ini kuhabiskan sisa-sisa kenyamanan yang tersedia. Suplainya tak terbatas. Hanya waktuku yang terbatas. Kulahap bulat-bulat. Kugenggam erat-erat. Tapi pada akhirnya aku harus melepaskannya.Selamat tinggal kenyamanan.

Tidak bisa lagi ya? Kabur dari kenyataan? Lari minggir sejenak dan hanya tertawa-tawa. Yang dicoret hanya absen.Itupun bisa dititip. Hidup tidak berakhir. Kenapa dengan uang? Dulu tidak pernah terpikir seperti ini. Memang segitunya ya? Tidak bisakah hidup?

Dulu otak-otak ini bekerja dengan senang. Lompat-lompat, kelelahan. Tapi senang. Ini sindrom setelah duduk di tempat makan yang lampu dua puluh empat jamnya itu menyala terus sepanjang hari. Ini penyakit kambuhan ketika sudah tidak ada kenyamanan melekat di tubuh. Ini sindrom yang ternyata selalu terdengar dimana-mana.

Jangan bilang kau mau terus belajar. Tak mau praktek? Belajar tanpa praktek seperti menelan tanpa tahu rasa. Jalan saja terus tanpa kau menoleh ke pemandangan sekitar. Beberapa omong kosong mengenai akademisi dan praktisi. Tak ada yang pernah puas. Dasar manusia.

Kali lain kau ingin kabur dari kenyataan cobalah lebih serius. Disertasi ditolak. 

Coba semester depan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar