Jumat, 21 Januari 2011

Tentang Kalian.

Kamu tahu kenapa aku begitu mencintai kalian? Karena tanpa kalian aku tidak akan utuh bulat, aku akan tersayat-sayat kala terluka. Aku akan kurus tirus dan terdiam di kasur putih bau obat itu. Tanpa puding karamel atau buku bagus yang kalian antarkan.

Tanpa kalian aku tidak akan disini menjejak tanah dan mencium  wangi bumi. Aku akan berlarian sombong atau terbang kesana kemari melaporkan dengki dan benci. Aku juga tidak akan tahu menghargai yang pahit di atas manis. Tanpa kalian aku hanya gumpalan penuh tanya dan kebodohan. Yang bakal mati tanpa sempat tahu apa-apa. Aku juga tidak akan menikmati tirakatku di tanah penuh debu ini. Aku tidak akan ingat akan pinjaman-pinjaman yang hanya mampir sejenak ini.Tanpa kalian aku akan berjalan kosong tanpa arah dan tujuan. Memandang satu arah dan tertutup telinga ini. Berteman dengan kuda supaya bisa pinjam kacamatanya.

Tanpa kalian aku akan membawa banyak barang dengan dua tanganku saja. Kerepotan dan tersandung-sandung saking penuhnya. Lalu jatuh tak ada tempat berpegang atau yang memegangi. Barang-barangnya berserakan dimana-mana dan tercecer entah dimana saja. Aku tidak akan bisa mengumpulkannya sendiri. Butuh bertahun-tahun menyadarkanku. Aku merangkak bodoh tanpa sedikitpun mengumpulkan barang-barang itu.

Itu kalau tanpa kalian.

Aku tidak akan beranjak dari sore-sore mendung yang dengan bodohnya kutunggu hanya untuk hujan-hujanan. Yang akhirnya mengetuk paru-paruku kedinginan. Tanpa kalian aku tidak akan begitu menghargai pagi dan akar, yang menyapa membasuh luka. Tanpa kalian tidak akan terjemur kering luka-luka itu menanti acyclovir atau pereda nyeri lainnya. Siap terjun bebas tanpa tirakat dan tenang hati. Ini aku. Belajar. Diajari. Setiap hela nafas yang menambah hidup setiap detik. Berdoa. Menyapa kalian. Halo dan terima kasih.


gambar dari cuplikan film Garin Nugroho "Under The Tree"

Kamis, 06 Januari 2011

Namanya Fu.

 "Apa ini?" tanya itu terucap.

"Sebuah kenang-kenangan yang tak sengaja kucuri dari Akar.." jawabnya.

Minggu, 02 Januari 2011

Dialog Hati dan Otak.

Kalau saya panggil Ia, maka menangis Ia merintih-rintih berdarah-darah. Ada apa hati ini? Tertukar dimana hingga seperti ini?

Tuan Langit Pagi sudah mengetuk. Ayo dong bergerak. Jarum-jarum tajamnya sudah kamu injak-injak kan? Beling-beling itu sudah rata mencium tanah. Apalagi yang kamu rasakan? Lalu kenapa masih berair-air mata? Ginjalmu sudah kuat ya? Lambungmu sudah tak peduli ya?

Yang kau rasa kini di otakmu saja. Kotor. Dengki. Sakit.

Tuan Langit Pagi tak akan senang. Jangan kau buat pagi-pagimu mendung sendiri. Sudah cukup setiap pagi kau bunuh hatimu demi otak dan brankas kosong dunia. Hiraukan perut kau tidur melata di lantai lembab penuh kamper. Wanginya masuk meresap dalam setiap makanan yang kau telan. Air minum yang kau teguk.

Masih belum cukup kau tonjok setiap jeda pikiranmu. Kosong dan bodoh. Sampai kau buat Tuan Langit Pagi lelah sampai tertidur.

Kau terlalu takut. Pengecut yang benci kehilangan. Tertular darimana? Maukah kau hilangkan? Jangan buat pagi-pagimu lebih mendung lagi. Kau akan mati karenanya.

Kumohon, pergilah.Dan berhenti menangis. Saya disini. Kumohon. Saya tidak akan meninggalkanmu.