Kau masih berhitung rupanya. Bohong kalau kau bilang tidak merayakan waktu dan tanggal. Itu sudah mengalir dalam darahmu. Tak bisa kau meninggalkannya. Sore itu tidak akan bisa mengubahmu. Kalau kau berubah untuknya, kau gila. Kau gila dan sakit. Sore-sore itu juga tak berubah untukmu kan? Mampuslah Ia berlayar ke pantai-pantai kosong penuh warna itu. Dan kau masih mendoakannya.
Kau juga masih berwudhu. Masih berpuasa. Masih mengaji. Kesedihan itu tidak akan pernah hilang. Kau sudah punya tali ke dunia itu. Kau terhantui berkali-kali. Tapi kau masih manusia. Masih muda. Pembenaran itu saja yang kau pegang. Dosamu bertambah terus. Jadi apa yang akan kau lakukan?
Kau juga tidak adil kalau menyalahkannya. Walau dalam hatimu begitu. Tapi itu dirimu yang juga menyetujui. Kau dikuasai nafsu. Dasar manusia. Dulu kau begitu menunduk mencium tanah, Menunduk matamu menatap lantai. Mencium sajadah dari ibumu. Mengusap debu ke wajahmu. Meminta ampun berbulan-bulan lamanya. Memohon surga untuk ayahmu. Kesejahteraan untuk ibumu. Tuhan masih disana. Tak tertidur sedikitpun menatapmu.
Jadi?
Bersujud lagi dirimu. Sampai kapan. Meminta ampun dengan hati. Bukan dengan mulut.
Tanah itu masih penuh. Usapkan pada wajahmu. Tundukkan kepalamu. Hatimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar