Jumat, 02 Desember 2011

Hari Kedua. Dongeng Tanah Barat.

Ini dongeng mengenai Tanah Barat. Tanahnya hijau dan subur. Gunungnya menyebar di seluruh arah mata angin. Penduduknya banyak dan kaya raya. Penuh kenyamanan dan keamanan. Pokoknya para penduduk di Tanah Barat ini hidup makmur dan tentram. Sehingga banyak sekali yang tidak mau meninggalkan tanahnya ini. Ya, siapa juga sih yang mau meninggalkan kenyamanan yang sudah tersedia? Belum lagi mereka yang benar-benar lahir disini. Berbagai alasan bisa dipakai asalkan mereka-mereka tidak beranjak dari Tanah Barat. Ya, sebagai pribumi yang merasa Tanah Barat adalah tanah kelahirannya mereka memang punya hak untuk bertahan. Masa mereka diusir dari tanahnya sendiri?

Jangankan mereka yang pribumi itu, Tanah Barat ini juga banyak sekali pendatangnya! Semuanya ingin merasakan kenyamanan dan kemakmuran, maka para penduduk dari tanah-tanah tetangga pun berdatangan. Ingin mencicipi betapa nikmatnya hidup di Tanah Barat seperti yang digembar-gemborkan itu. Namun apa arti kenyamanan bila Ia sudah terlalu biasa? Yang ada kau akan terbuai dan lupa.

Beberapa pendatang yang berotak bisnis bekerja sama dengan pribumi-pribumi lupa yang terbuai nyaman. Mereka beli bukit-bukit untuk tinggal dan berpesta. Mereka jual warisan-warisan leluhur dan membuat versi nyaman mereka sendiri. Lalu buaian lupa itu juga merasuki para penjaga Tanah Barat rupanya! Oh, oh gawat sekali. Seharusnya mereka menjaga Tanah Barat supaya tetap indah dan bersih. Tapi mereka sendiri yang membuang sampah-sampah tidak pada tempatnya, dan dibuatnya jalan-jalan berlubang. Yaa..mungkin bagus juga sih untuk membuat para penduduk yang lain tidak terbuai kenyamanan. Biarlah, biar mereka-mereka yang lupa saja yang tetap lupa.

Padahal jangan salah, Tanah Barat ini tidak seluas itu lho. Lama kelamaan Si Tanah Barat tidak akan cukup lagi menampung para penduduk dan pendatang yang banyak dan lupa itu. Tanahnya mulai bergoyang-goyang. Gunung- gunung dan bukit-bukit hijau yang mengelilinginya terkikis sedikit demi sedikit. Belum lagi jalanan yang berlubang-lubang itu. Semakin banyak yang melewatinya, maka semakin rusak jalan-jalan itu. Mereka yang bertugas memperbaiki sibuk bernegosiasi dan mencari apa yang bisa dicari. Para penduduk juga sibuk dengan kenyamanan masing-masing.


Oh, sungguh kasihan Tanah Barat. Umurnya renta sudah. Pasti puluhan ,ratusan, ribuan, jutaan, ah tak terhitung sudah yang menginjakkan kaki di tanahmu. Segala macam penyakit sudah dirasakannya. Tapi Tanah Barat masih terus memberikan hijau dan suburnya. Belum lagi kenyamanan yang dimilikinya. Biar Tuhan yang membalas, doamu. Karena manusia memang pelupa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar