Minggu, 07 November 2010

Hari Ketujuh. Yang Terlewat.

Ah, hari ini terlewat olehku. Tergerus lelah kala menghadiri salah satu temanku melepas lajang. Sudah berapa tahun terlewati? Lagi-lagi inkubasi berbicara. Terpantaukah? Selama ini terpaku mimpi-mimpi. Masihkah kupegang?

Tidak, minggu-minggu lalu aku menanggalkannya. Lalu setelah itu otakku terhipnotis. Sedikit saja. Karena sekarang rasioku harus berjalan. Tidak, tidak seperti dulu. Otakku menyiapkan pertahanan dirinya. Siap berdebat. Siap berkelit. Tapi keledai memang keledai. Dia tidak bisa berlari lebih cepat daripada kuda. Suka membuat kesalahan yang sama pula. Dasar bodoh. Tapi percayaku harus kupegang. Tidak ada pegangan yang lebih kuat selain kepercayaan.

Memang selama ini kau memegang apa, hey? Kepercayaan itu tidur pulas jugakah? Mati suri-kah? Jangan percaya statistik, kata akar. Tapi toh aku cuma percaya Tuhan. Bukan atheis, aku juga tidak agnostik. Sedikit chauvinis mungkin. Tapi aku percaya Tuhan. Dan separuh jiwaku itu ibuku.

Jadi, cukupkan aku hidup hari ini. Aku mau tidur.
Dan cukup barang-barang ini untuk bertahan hidup. Menonton aku terlelap tidur di atas dipan kayu yang kubawa dari rumahku. Airnya masih belum nyala kala itu. Dan aku masih tayamum.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar